Powered by Blogger.

CB Blogger Lab

PEMBACA

JASA SEO CB

Wacana Perpindahan Ibukota Negara; Peluang Besar Untuk Paslon 3 Menang Pilkada Di Calon Ibukota Negara Baru


Lagu “Siapa suruh datang Jakarta” sering dinyanyikan jika penduduknya banyak berkeluh kesah akan permasalahan di Jakarta. Entah macetlah, banjirlah, susah cari makanlah dst. Iya, memang tidak ada yang suruh datang Jakarta. Tapi mau diapa lagi jika banyak yang mengira di Jakarta banyak pekerjaan baik nan bergengsi menanti kayak di pilem-pilem. Padahal di Jakarta aslinya jumpalitan baru bisa makan.

Tapi sepertinya tidak akan lama lagi banyak yang hijrah dari Jakarta menuju ibu kota baru. Atau bahkan mungkin orang tidak akan lagi berbondong-bondong ke Jakarta dengan alasan demi perut. Padahal dulu kalau sampai di Jakarta juga tidak kuat dengan kompetisi. Dikiranya hidup semulus seperti di sinetron. Yang hanya bercerita tentang cinta saja tanpa galau masalah perut.

Wacana presiden Jokowi bahwa beliau akan memindahkan ibukota negara tidak terlalu menciptakan euforia ataupun kepanikan. Iya, mungkin karena sejak Soekarno memimpin dulu wacana itu sudah ada tapi tidak pernah terealisasi. Toeng. Mungkin masyarakat sudah lelah dengan wacana yang sudah hampir seabad lamanya. Dikiranya tiada pemimpin yang akan mampu memindahkan ibukota negara ke wilayah lain.

Tapi Pak Jokowi bukanlah tipikal pemimpin yang suka bermain-main dengan apa yang sudah keluar dari mulutnya. Kalau sudah nekad, semuanya akan dieksekusi. Saya sih percaya sejuta persen ibukota negara akan pindah di bawah kepemimpinan Jokowi.

Lihatlah, Jakarta yang sudah sesak. Bukan hanya karena kepadatan penduduknya hingga orang gila pun akan ngakak sejadi-jadinya mendengar horizontal house dengan DP 0% yang serasa mustahil dibangun di Jakarta untuk kesejahteraan warga yang berbahagia. Mendadak mulai banyak yang gila di Jakarta. Karena fenomena sosial politik juga sudah berada pada tingkat menyebalkan yang sudah tidak tertolong lagi.

Lihat saja, pilkada DKI saja sudah bercita rasa pilpres. Salah satu pasangan calon gubernur mulai ikutan gila sebelum waktunya. Biasanya kan gila setelah pilkada, nah ini, kegilaan sudah di-booking memang jauh-jauh hari. Apa namanya itu kalau bukan gila jika kepada mayat saja pakai acara ngambek segala? Padahal ini bukan acara memperebutkan hati seorang kembang desa

Yang dimana jika tidak terpilih, lantas bermuram durja yang sukses membuat orang lain tertawa dan bahkan Tuhan pun geleng-geleng kepala karena agama di bawa-bawa — kekanak-kanakan!!

Iya, hanya di Jakarta segala sesuatunya menjadi terkecualikan. Di tempat lain boleh pemimpin non Muslim, kecuali di Jakarta. Di luar Jakarta boleh pemimpin non pribumi, kecuali di Jakarta. Katanya itu ada ayatnya. Kalau tidka sepakat, akan masuk dalam kaum munafik. Seolah-olah Jakarta adalah kota suci. Padahal kota suci saja tidak selebay itu.

Siapa pun akan tahu benar bahwa di Jakarta segala sesuatunya boleh menjadi ekstrim & sah-sah saja menjadi gila kronis demi kekuasaan & jabatan. Iya, karena Jakarta adalah surga dunia bagi penghini bumi datar. Dimana jika bisa bertahta di sana, maka kavling-kavling di akhirat akan ditelantarkan & terabaikan. Karena di Jakarta merupakan pusat kegiatan ekonomi terbesar di Bumi Pertiwi. Ketika berhasil berkuasa di sana, maka para pengusaha akan bertekuk lutut mempersembahkan sesembahan berupa suap yang akan mereka sebut sebagai suatu bentuk kerjasama yang harmonis nan romantis.

Mungkin fenomena Jakarta yang benar-benar penuh sandiwara & drama inilah yang menyebabkan Jokowi gemas buat segera memindahkan ibukota Jakarta. Entah, apakah ini sebagai ungkapan sayang kepada paslon yang sudah mulai jauh dari kata waras, seolah-olah Jokowi ingin bilang, “Kalau kalian kalah di Jakarta, kalian bisa ikut saya ke ibu kota baru. Jangan ngotot sampai gila gitu ih. Kalau kalian menang, ya kecele deh. Ibu kota negara sudah mau pindah.” Hahahah.

Mungkin tidak akan terlalu berpengaruh secara signifikan terhadap Jakarta dengan wacana akan dipindahkannya ibukota negara. Tapi yang pasti jika itu benar, pertumbuhan ekonomi di Jakarta tentu sudah tidak melesat atau mungkin akan lambat. Karena tentunya investor lebih tertarik menanamkan modal di ibukota negara baru.

Untuk paslon yang sudah telanjur gila sebelum waktunya, saya cuma mau bilang, “Siapa suruh ikut pilkada. Lain kali, kalau memang tidak mampu berkompetisi ya lebih baik jadi penonton saja. Memang tidak ada salahnya ikut berkompetisi, tapi kalau sudah gila sebelum waktunya, itu artinya memang belum siap berkompetisi. Lawannya berat ya. Sudah, rehat saja dulu. Ibukota negara mau pindah noh. Kali saja di sana bisa mencalonkan diri & bisa menang berdiri. Karena di sana tidak ada Ahok lho.”swd
Labels: opini

Thanks for reading Wacana Perpindahan Ibukota Negara; Peluang Besar Untuk Paslon 3 Menang Pilkada Di Calon Ibukota Negara Baru. Please share...!

0 Comment for "Wacana Perpindahan Ibukota Negara; Peluang Besar Untuk Paslon 3 Menang Pilkada Di Calon Ibukota Negara Baru"

Back To Top